Wednesday, 11 July 2012

Universitas Negeri Vs Swasta

SNMPTN jalur undangan menyisakan banyak sekali pertanyaan di benakku, entah dari sistem seleksi atau gimana cara kerjanya, tapi karena sudah tidak berhasil di sana, maka aku lebih memilih masuk di universitas swasta saja. Saat bicara dengan teman-temanku yang gagal di undangan juga, mereka memilih mengadu nasib di battlefield bernama SNMPTN Tulis. Pas ditanya kenapa aku tidak ikut jalur tulis, aku bilang saja “Aku udah diterima di universitas swasta, jadi ngga ikut SNMPTN lagi,”. Beberapa temanku bisa menerimanya dan ada juga yang bertanya, “Kenapa swasta?” dengan nada seperti merendahkan. Padahal ada banyak juga temanku yang memilih lanjut ke swasta. Kenapa mindset masayarakat kebanyakan ter-set pada “negeri lebih bagus?” Karenanya, aku ingin mencoba mencari kenapa kebanyakan orang melirik negeri dibandingkan swasta.


  1. Swasta lebih mahal? Memang kan…
  2. Umumnya, saat orang mendengar kata swasta, maka yang terbayang adalah kata MAHAL.
    Manusia sekarang sangat peka dengan harga. Karenanya mereka berbondong-bondong ke pasar murah. Mereka akan membeli barang mahal hanya jika ada sebuah keunikan pada barang itu. -Sir Alan
    Kata-kata Sir Alan dari The Apprentice sangat menggambarkan keadaan masyarakat kita sekarang yang peka dengan harga seperti kenaikan harga BBM. Adalah sangat logis jika universitas swasta lebih mahal daripada universitas negeri. Hal ini berasal dari statusnya. Universitas negeri disubsidi oleh pemerintah, sedangkan universitas swasta sama sekali tidak disubsidi pemerintah. Oleh karena itu, biaya operasional universitas swasta murni berasal dari mahasiswanya atau lembaga sponsor lainnya (jika ada). Nah, jika kita anggap perkataan Sir Alan di atas adalah benar adanya, maka akan sesuai dengan keadaan di masyarakat sekarang yang lebih memilih masuk universitas negeri. Jadi, dari segi finansial, universitas negeri lebih menang daripada universitas swasta.
  3. Masalah kualitas bagaimana?
  4. Kalau masalah kualitas, ini pertanyaan yang agak susah. Kenapa? Karena susah menilai kualitas. Kita selalu berbicara mengenai kualitas, tapi kualitas selalu diukur secara kuantitatif. Menilai kualitas tidak bisa mempercayai IPK semata. Tapi begini saja. Menurut pengamatanku, kebanyakan mahasiswa negeri lebih condong ke arah teori, sedangkan swasta lebih berorientasi ke pekerjaan atau soft skills. Kebanyakan universitas swasta mengajarkan mahasiswanya agar bisa mencari pekerjaan nanti, sedangkan universitas negeri lebih berpikir untuk mengarahkan mahasiswanya menjadi peneliti. Namun, pandangan masyarakat bahwa universitas swasta memiliki kualitas yang lebih buruk berdasarkan akreditasi saja tidaklah benar. Coba saja lihat peringkat universitas di Indonesia, ada sebuah universitas swasta di 5 besar. Dan salah satu universitas swasta di Indonesia sudah 30 tahun berjaya dan tidak diragukan kualitasnya. Jadi, dalam hal kualitas, keduanya sama saja.
  5. Prospek ke depan? Apa aku bakal dapet kerja?
  6. Gampang saja. Jika anda ingin kerja, masuklah swasta. Karena biasanya universitas swasta lebih mempersiapkan anda untuk memasuki dunia kerja dengan segala training dan pembekalan yang anda terima di sana. Menurut Kompas, banyak fresh graduate kesulitan mencari kerja karena sebelumnya tidak mempunyai pengalaman kerja atau skill yang dicari oleh perusahaan. Hal ini yang menjadi daya tarik universitas swasta, yang memang mempersiapkan mahasiswanya menjadi tenaga kerja andal. Apabila anda lebih memilih universitas negeri, maka anda lebih diarahkan untuk melanjutkan studi anda lebih tinggi. Masalah pekerjaan, universitas negeri sekarang biasanya memiliki semacam career center sebagai tempat tukar info mengenai dunia kerja. Namun, universitas swasta umumnya lebih banyak punya koneksi dengan perusahaan-perushaan terkemuka. Jadi, dalam hal perekrutan kerja, universitas swasta lebih menang.
  7. Gimana dengan tenaga pengajarnya?
  8. Tenaga pengajar di universitas negeri semuanya adalah PNS, dengan sebagian kecil dosen tamu atau lainnya. Tenaga pengajar di universitas swasta berasal dari latar belakang yang berbeda, misalnya mantan Duta Besar, mantan Menteri atau semacamnya. Di universitas negeri, tenaga pengajar lebih mengikuti prosedur kurikulum yang berlaku ketimbang mendobrak sistem dan melakukan revolusi, meski tidak semuanya begitu. Kenapa? Ini karena dosen negeri terikat dengan kurikulum dan tali-tali pemerintah. Di universitas swasta, tenaga pengajarnya banyak yang memiliki ide-ide “lain” dalam proses pengajarannya, sehingga mahasiswa dapat mempelajari banyak visi dan sudut pandang dari seseorang. Dan karena tidak terlalu terikat dengan tali-tali pemerintah, maka dosen swasta lebih bisa mengatur style mengajarnya asal masih dalam koridor yang berlaku.
     
     
sumber :http://zukapersona.wordpress.com/2011/05/24/negeri-vs-swasta/
readmore »»