Saturday 12 November 2011

SIKAP BERSOSIALISASI







 
SIKAP BERSOSIALISASI




 


NAMA                   :  SAIFUL PAHMI
KELAS                  :  1IA01
NPM                      :  56411556
PROG.STUDI       : TEKNIK INFORMATIKA
  
UNIVERSITAS GUNADARMA



KATA PENGANTAR
 
            Segala puji syukur kami panjatkan kehadirot tuhan yang maha esa atas rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyusun makalah ini.
            Makalah ini merupakan panduan bagi para sisiwa, untuk belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang bersosialisasi ini. Yang bertujuan dapat menumbuhkan proses belajar mandiri, agar kreativitas dan penguasaan materi pelajaran optimal sesuai dengan yang di harapkan.
            Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu siswa dalam dalam bersosialisasi dengan baik.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari bapak/ ibu dan juga teman-teman tetap saya harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan untuk belajar ke depan.



                                                                                                                        Penyusun


                                                                                                                        ( penulis)

DAFTAR ISI 


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.    Rumusan Masalah
C.    Metode Penelitian
BAB II       PEMBAHASAN
A.    Pengertian sikap Sosial
B.    Sikap Sosial dan Individual
C.    Pembentukan dan perubahan sikap
D.    Ciri ciri dan fungsi sikap
E.     Pengukuran sikap secara langsung dan tidak langsung
F.     Sikap dalam pergaulan sehari-hari
BAB III     PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Kemudian pada tahun 1888 Lange menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen laboratorium. Kemudian konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli sosiologi dan psikologi. Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan individual. Mengapa individu yang berbeda memperlihatkan tingkah laku yang berbeda di dalam situasi yang sebagian besar gejala mi diterangkan oleh adanya perbedaan sikap. Sedang bagi para ahli sosiologi sikap memiliki arti yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial dan kebudayaan.

Kita telah mengetahui bahwa orang dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran mi tidak hanya mengenai tingkah laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi inilah yang dinamika SIKAP. Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukansifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.

Oleh karena itu ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu sikap pun yang tanpa objek.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sikap sosial ?
2. Apa yang dimaksud dengan sikap sosial dan individual ?
3. Bagaimana pembentukan dan perubahan sikap ?
4. Apasajakah ciri-ciri dan fungsi sikap ?
5. Bagaimana pengukuran sikap secara langsung dan tidak langsung ?

1.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kepustakaan. Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengidentifikasi masalah sikap sosial dengan mengacu pada literatur-literatur, artikel-artikel dan sumber bacaan lain.




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Sikap Sosial
Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat. 

Tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek
1. Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti      
    berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu
    tentang objek atau kelompok objek tertentu.
2. Aspek Afekit berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti
     ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada
     objek-ojek tertentu.
3. Aspek Konatif: berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuatu sesuatu
    objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan
    sebagainya di samping sikap sosial yang terdapat sikap individual, yaitu sikap yang
    hanya dimiliki oleh perseorangan, misalnya: Sikap atau kesukaan seseorang terhadap
          burung-burung tertentu, seperti perkutut, parkit, merpati, dan sebagainya.

Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi: simbol, káta kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya.

Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objeic psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi (Back, Kurt W., 1977, hal.3)

John H. Harvey dan William P. Smith mendefinisikan sikap sebagai kesiapan merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.

Sedangkan Genmgan mendefinisikan bahwa pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan unmk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.

Meskipun ada beberapa perbedaan pcngertian tentang sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang wakru dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula kami cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.

Demikianlah, sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama.

B. Sikap Sosial Dan Individual
1. Sikap Sosial
    Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang  
    sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang dalam
    kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap berkabung seluruh
    anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya.
    Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah:
    a. Subjek orang-orang dalam kelompoknya.
    b. Objek-objeknya sekelompok, objeknya sosial.
    c. Dinyatakan berulang-ulang.

2. Sikap Individual
Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi seorang. Objeknya pun bukan merupakan objek sosial. Misalnya: Sikap yang berupa kesenangan atas salah satu jenis makanan atau salah satu jenis tumbuh-tumbuhan.

Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap dapat pula dibedakan atas:
1. Sikap positif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, merima, mengakui,
     menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku di mana individu itu  
     berada.
2. Sikap negatif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak
           menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada.

Sikap positif/negatif ini tentu saja berhubungan dengan norma. Orang tidak akan tahu apakah sikap seseorang itu positif atau negatif tanpa mengetahui norma yang berlaku.

Oleh karena itu untuk menentukan apakah sikap ini positif/ negatif perlu dikonsultasikan dengan norma yang berlaku di situ. Di samping itu masing-masing kelompok atau kesatuan sosial memiliki norma sendiri-sendiri yang mungkin saling berbeda atau bahkan bertentangan. Sikap yang dliperlihatkan oleh individu dalam kelompok A dianggap atau dinilai sebagai sikap yang negatif, belum tentu sikap yang sama yang diperlihatkan oleh anggota kelompok B juga dinilai sebagai sikap negatif.

 
C. Pembentukan Dan Perubahan Sikap
           Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi  perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang tidak bersikap. Ia bersikap juga hanya bentuknya: diam.

Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang sama dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek.

1. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap
    Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap
    a.  Faktor intern: yaitu manusia itu sendiri.
    b.  Faktor ekstern: yaitu faktor manusia.
 
  Dalam hal ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila:
    a. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
    b. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.

Faktor inipun masih tergantung pula adanya:
- Sumber penerangan itu memperoleh kepercayaan orang banyak/tidak.
- Ragu-ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap baru itu.

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari baiyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dan: orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki peranan yang penting.

Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi tidaklah demikian halnya. Lembaga lembaga sekolah pun memiliki tugas pula dalam membina sikap ini. Bukankah tujuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah adalah mempengaruhi, membawa, membimbing anak didik agar memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan?
Dengan demikian lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju kepada sikap yang kita harapkan.Pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah mengubah sikap anak didik ke arah tujuan pendidikan.
2. Hubungan antara Sikap dan Tingkah laku
    Adanya hubungan yang erat antara sikap (attitude) dan tingkah laku (behavior) didukung  
    oleh pengertian sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk
    bertindak.
    Tetapi beberapa penelitian yang mencoba menghubungkan antara sikap dan tingkah laku  
    menunjukkan hasil yang agak berbeda, yaitu menunjukkan hubungan yang kecil saja atau
    bahkan hubungan yang negatif.


D. Ciri-Ciri Dan Fungsi Sikap
     Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang  
     yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah dikatakan bahwa sikap
     merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-
     ciri sikap adalah sebagai berikut:
    1. Sikap itu dipelajari (learnablity)
         Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif- motif psikologi lainnya.   
         Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian
         individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila
         individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri),
         membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya
         perseorangan.

    2. Memihki kestabilan (Stability)
        Sikap bermula dan dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui   
        pengalaman.

    3. Personal (societal significance)
        Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang   
        dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan,  
        terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan
        favorable.

   4. Berisi cognisi dan affeksi
       Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya:   
       objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
       Sedangkan fungsi dari sikap (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
      1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikandiri.
      2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku
      3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
      4) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian
1. Pengukuran sikap secara langsung
            Pada umumnya digunakan tes psikolgi yang berupa sejumlah item yang telah disusun  secara hati-hati, saksama, selektif sesuai dengan kriteria tertentu. Tes psikologi ini kemudian dikembangkan menjadi skala sikap. Dan skala sikap ini diharapkan mendapat jawaban atas pertanyaan dengan berbagai cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.

2. Pengukuran sikap secara tidak langsung
            Teknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibicarakan di muka bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal). Dengan teknik demikian, subjek juga tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan mempengaruhi jawabannya. Ini salah satu problem yang sering dihadapi dalam penggunaan teknik pengukuran secara langsung. Adakah responden menjawab sejujurnya?

Sebab kemungkinan untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti apa adanya adalah besar sekali. Apabila kita ditanya tentang perasaan atau sikap kita terhadap tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yang positif meskipun tidak demikian halnya. Sebenamya problem ini sudah dikurangi dengan konstruksi item yang secermat-cermatnya. Namun demikian tidak berarti bahwa problem tersebut sudah teratasi sepenuhnya.

Berdasar atas problem tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur sikap secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung ini, subjek tidak tahu bahwa tingkah laku atau sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya berguna bila responden kelihatan enggan mengutarakan sikapnya secara jujur.

Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan gambar-gambar kepada subjek, subjek diminta untuk menceritakan apa-apa yang ia lihat dari gambar itu.

subjek kemudian di-score yang memperlihatkan sikapnya terhadap orang atau situasi di dalam gambar ini. Seperti yang pernah dilakukán oleh Proshansky (:1943), yang menyelidiki tentang sikap terhadap buruh. Di sini pengukuran sikap dilakukan secara tidak langsung, yaitu kepada subjek dliperlihatkan gambar-gambar dan para pekerja dalam berbagai konflik situasi.

Subjek diminta untuk menceritakan tentang gambar-gambar itu dalam suatu karangan atau cerita.

Namun teknik pengukuran sikap tidak langsung mi menimbulkan beberapa masalah penting bagi para ahli psikologi. Sejauh mana sikap individu dapat diungkap, bila ia tidak menyadari akan hal itu, di samping itu apakah bukan suatu pelanggaran mengungkap sesuatu yang bersifat pribadi di luar pengetahuan dan kesadarannya? Apakah ini bukan suatu pelanggaran etik? Apakah kita selalu memerlukan izin atau persetujuan dari responden? Hal- hal inilah yang menimbulkan masalah bagi para peneliti tidak hanya pada teknik tidak langsung tetapi juga pada hampir sernua penelitian psikologi.

F. Sikap Dalam Pergaulan Sehari-hari
Ada beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam lingkungan baru kita.
1.      Penampilan fisik memang tak selalu menjadi jaminan bahwa seseorang akan disukai, tetapi umumnya orang yang bersih dan rapi banyak disukai. Bagaimanapun, kemasan penampilan fisik merupakan nilai estetis yang bisa mendukung kesan pertama seseorang di mata orang lain. Memang banyak sih orang yang kelihatannya cuek dengan tampilan fisiknya, ternyata menyenangkan diajak ngobrol dan perhatian. Orang-orang yang seperti ini biasanya dianggap memiliki keunikan tertentu, sehingga asyik diajak bergaul.
Kita tidak perlu berlebihan atau memaksakan diri untuk mendapat kesan yang baik. Kesederhanaan, kebersihan dan kerapian penampilan pasti disukai meskipun tidak se-keren selebritis. Tampil bersih dapat mencerminkan kebersihan diri dan pribadi seseorang.

2.      Berbicara dan bersikap sopan saat menyapa orang lain, termasuk guru, teman atau sahabat. Tak salah kalau orang-orang bijak mengatakan bahwa kata-kata itu ibarat pedang. Kata-kata atau bicara kita salah, bisa menyakiti hati orang lain. Karena itulah kita harus berusaha menjaga bicara kita.
Kesopanan bisa menimbulkan kesan pertama yang baik saat kita berkenalan dengan teman baru atau dengan lingkungan yang baru. Demikian pula dalam pergaulan sehari-hari kita di sekolah, di lingkungan kerja atau di rumah. Bersikap sopan erat hubungannya dengan sensitivitas emosi dan mood seseorang. Artinya, selama kita bersikap sopan kemungkinan kita menyinggung perasaan seseorang sangat kecil. Ternyata basa-basi seperti say hello penting juga, asal kita tahu kapan menempatkannya.

3.      Menunjukkan sikap yang ramah dan pribadi yang disiplin.
Senyuman yang tulus merupakan simbol keramahan hati seseorang. Senyum bisa membuat orang lain tergugah dan nyaman karena senyum bisa menawarkan pertemanan yang hangat. Benar sekali kalau senyum itu sedekah karena bisa membuat orang lain bahagia.
Jangan lupakan kedisiplinan kita sebagai seorang pribadi.Disiplin tidak selalu identik dengan keras dan kekrasan. Misalnya, ketika meminjam alat tulis atau barang milik teman biasakan minta izin terlebih dulu dan jangan lupa mengembalikannya. Perlakukan barang milik orang lain selayaknya barang kita sendiri. Artinya, biasakan menjaga barang milik orang lain, jangan sampai rusak. Dengan demikian, teman akan mempercayai kita. Ingat, nilai kepercayaan dari orang terdekat kita sangat berarti, meskipun hanya dari sebentuk hal kecil.

4.      Biasakan untuk memberi dan berbagi. Hal ini bisa dimulai dari hal yang sepele. Saat kita punya makanan kecil, paling tidak tawari teman kita. Kalau toh makanannya sedikit, usahakan jangan makan di depan teman-teman kita. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa kita peduli dengan sekeliling kita dan menjaga perasaan orang lain.

5.      Hindari pembicaraan yang kurang bermanfaat seperti bergosip atau menyebarkan desas-desus. Meskipun kelihatannya asyik tetapi sikap seperti ini mencerminkan bahwa kita gemar mengungkap aib orang lain dan menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya. Hal ini juga bisa menjadi boomerang buat kita nantinya karena kita bisa dicap bigoss (biang gossip). Agama juga melarang bergunjing karena bisa menimbulkan fitnah dan menyakiti orang lain.

6.      Jangan mengganggu teman saat ia sedang serius belajar, bekerja atau menyimak sesuatu. Biarkan ia nyaman dengan kegiatannya. Kalu toh ada hal penting yang harus dibicarakan, tunggulah beberapa saat sampai kegiatannya selesai. Dengan sikap seperti ini, teman kita akan merasa dimengerti dan dihargai.

7.      Jangan menguping pembicaraan teman. Meskipun kita merasa akrab dengan teman kita, kita tetap harus tahu dan menghargai batasan hal-hal yang bersifat pribadi. Ketika teman menerima telepon, usahakan jangan menyimak obrolannya supaya kita tidak dicap selalu pingin tahu urusan orang lain.

8.      Bersikap care saat teman sedang curhat. Simak ceritanya baik-baik dan pahami permasalahannya. Jangan cepat menyela pembicaraan teman atau nge-judge setiap permasalahan teman karena ini akan mengurangi kepercayaan teman terhadap kita dan membuatnya sakit hati. Meskipun kita tidak bisa memberikan solusi yang tepat, setidaknya kita menjadi pendengar yang baik. Dengan begitu, dia akan merasa bebannya berkurang dan dihargai sebagai teman.

9.      Biasakan rendah hati dan jangan terlalu membanggakan diri sendiri atau keluarga di setiap obrolan dengan teman. Memang wajar kalau kita merasa bangga dengan diri kita, tetapi kalau terlalu sering melakukannya kita akan dicap sombong dan tinggi hati. Akuilah dan hargailah kelebihan orang lain karena dengan begitu kita akan terbiasa berjiwa besar dan berlapang dada.
10.  Usahakan untuk tidak menampakkan ekspresi bete, suntuk dan tidak bersemangat di hadapan teman. Mimik seperti ini sangat tidak menyenangkan. Wajah ceria, dihiasi senyuman dan bersemangat sangat disukai orang. Kalu toh kita punya masalah, ajak sahabat atau orang terdekat untuk berbagi. Jangan sampai uring-uringan ke semua orang untuk melampiaskan kekesalan kita.

11.  Jadilah diri sendiri dan tidak berpura-pura. Artinya, kita juga perlu menunjukkan siapa diri kita. Bersikap tegas dan tidak mengorbankan diri untuk sekedar diakui lingkungan pergaulan merupakan benteng bagi kita juga dalam menyikapi pengaruh lingkungan pergaulan kita.

Sikap-sikap tersebut memang terlihat sepele, tetapi dapat menghiasi kecantikan akhlak seseorang. Bila semua itu kita lakukan dengan tulus, kita bisa disukai dalam pergaulan.


 
BAB III
PENUTUP

Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat.

Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi: simbol, káta kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya..

Meskipun ada beberapa perbedaan pcngertian tentang sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang wakru dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula kami cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.

Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang tidak bersikap. Ia bersikap juga hanya bentuknya: diam.




 DAFTAR PUSTAKA
 
http://mamahizmi.wordpress.com/2009/10/22/contoh-makalah-sosiologi/







 






0 comments:

Post a Comment